Saturday, February 26, 2022

ON JAVANESE RIDDLES

 


I Dewa Putu Wijana

Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

idp_wijana@yahoo.com

Abstract

This paper deals with Javanese riddles which are very popular among  the Javanese speakers who exploit them for achieving various communicative purposes. From the data collected from web sites and Javanese lesson books, it is found that there are three types of riddles, namely analogous riddles, pun riddle, and pragmatic riddle. The first type is created on the basis of cognitive cultural  similarities existing between the riddle’s questions and the answers. The second type is constructed by various kinds of verbal plays, such as ambiguities, synonymy, acronyms, etc. The third type is created by violations of pragmatic presumptions which are unconsciously considered by the addressee. Finally, Rhyming and complicated syllabic patterning also play  important parts that make the riddles interesting and easy to recollect.

Thursday, February 10, 2022

Politeness and Camaraderie: Finding a Seat within Pragmatics Academia

 

 This brief account is a synthesis on how politeness and camaraderie within my pragmatics social verbal project is verified by recent theories on politeness, impoliteness, and interaction strategies. The account starts with the core issue on politeness and camaraderie, and then it continues with face, face-work, face-threat within politeness and impoliteness researches, face-threat within interaction, and it finally concludes with politeness and camaraderie: finding a seat within pragmatics academia. The account ends with my bothering thought concerning Brown & Gilman’s theory of power and solidarity (1968) as a pragmatic unit of context. This thought is something, as pragmaticians may have missed this pragmatic unit of context, they may have ignored this with some reason(s), or they may have regarded this as a pragmatic trivia.

Full text Download: https://www.researchgate.net/publication/358497716_Politeness_and_Camaraderie_Finding_a_Seat_within_Pragmatics_Academia


Wednesday, January 26, 2022

Kompilasi Video PDF Online Discussion Series

Berikut daftar video PDF online discussion series yang telah terselenggara dan diupload di PDF Official Youtube Channel:

1. Pragmatics Discussion Forum Online Discussion Series #1



2. Pragmatics Discussion Forum Online Discussion Series #2



3. Pragmatics Discussion Forum Online Discussion Series #3

Thursday, January 20, 2022

9 interesting topics in the discussion of Pragmatics

 9 interesting topics in the discussion of Pragmatics

1. Muka dalam Perspektif Pragmatik

2. Analisis Meta-Pragmatik atas Beberapa Warisan Verbal Tradisi Lisan Penutur Bahasa Jawa

3. IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN KONVENSIONAL: TEORI RELEVANSI

4. Acting the Intangible: Hints of Politeness in Non-Verbal Form

5. ON SPEECH ACTS

6. Pragmatics is a Matter of Probabilities in Language Use

7. Periodisasi Perkembangan Studi Pragmatik

8.Antara Jokowi dan Joko Widodo

9. Pragmatika R. A. Kartini

Asal-Usul Pragmatik dan Pengaruhnya



Jumanto Jumanto PhD in Linguistics (Pragmatics), Universitas Indonesia, 2006. Dosen Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Pragmatik berasal dari kata “pragmeme” (human act; Mey, 1998; 2001), yang artinya tindak manusia. Tindak manusia bisa verbal dan non-verbal. Secara cerdas Austin (1950’s) mengelaborasi tindak verbal tsb menjadi speech act dalam teorinya Speech-Acts Theory, terinspirasi oleh language function Buhler (1918), tentang asal-usul masalah pragmatik, dan teori Malinowski (1923) yang memandang language use sebagai cara bertindak (a mode of action). Demikian, language function => language use => mode of action => speech act.
Sementara itu, tindak non-verbal menjadi objek yang lebih tepat dalam kajian semiotik pragmatik (pragmatic semiotics), di mana ikon (identitas), indeks (kausalitas), dan simbol (relatif-subjektivitas) juga merupakan interaksi makna. Pragmatik adalah tentang interaksi makna, berbeda dari deskripsi makna yang ditangani oleh semantik maupun sosiolinguistik. Sosiolinguistik yang merupakan deskripsi makna terkait dalam aspek sosial, bisa menjadi interaksi makna (dengan aspek sosial) sehingga akan menjadi: sosiopragmatik.
Salam Pragmatik!

Monday, January 17, 2022

Pragmatika R. A. Kartini

Prof. Dr. Drs. JUMANTO M.Pd.- Universitas Dian Nuswantoro

Pragmatika RA Kartini atau The Pragmatics of R.A. Kartini dalam artikel ini adalah analisis ganda atas tindak-verbal atau tuturan “R.A. Kartini” (analisis pragma-linguistik) dan tanda non-verbal atau figur R.A. Kartini (analisis pragma-semiotik). Analisis pragma-linguistik atas tuturan “R.A. Kartini” diarahkan ke aspek pragmatik dari tuturan, yaitu: lokusi, ilokusi, dan perlokusi, sementara analisis pragma-semiotik diarahkan ke aspek pragmatik yang ada dari figur R.A. Kartini, yaitu: ikon, indeks, dan simbol. Pragma-linguistik dan pragma-semiotik keduanya mengkaji makna yang diinteraksikan oleh penutur kepada petutur dalam suatu interaksi atau komunikasi interpersonal, interkomunal, dan intersosietal. Perbedaan dari kedua disiplin ilmu tersebut adalah bahwa pragma-linguistik lebih menekankan penggunaan efektif dari tuturan (tindak verbal), sementara pragma-semiotik lebih menekankan penggunaan efektif dari tanda non-verbal.

source: https://www.researchgate.net/publication/356843316_Pragmatika_R_A_Kartini

Sunday, January 16, 2022

Muka dalam Perspektif Pragmatik

 Ramdan Sukmawan,  Sastra Inggris Universitas Muhammadiyah Sukabumi

Pragmatik adalah cabang ilmu linguistik yang mengkaji penggunaan bahasa dalam komunikasi yang memperhatikan makna yang dikomunikasikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh lawan tuturnya. Aspek pragmatik yang ada salah satunya adalah konsep muka. Konsep muka ini jelas sekali berhubungan dengan proses komunikasi dalam menjaga sebuah kesan yang baik karena dalam kegiatan interaksi sosial manusia membutuhkan muka untuk menjaga citra dirinya (Guan dan Lee, 2017). Muka merupakan aspek penting dalam proses interaksi manusia. Muka dipertimbangkan sebagai sesuatu yang bernilai, muka yang ditawarkan dan diperlihatkan seseorang dalam berkomunikasi dengan lawan bicaranya akan sangat memengaruhi citra dirinya apakah seseorang itu memberikan atau menawarkan muka negatif atau muka positif. Hal ini akan terlihat dari representasi muka yang berbeda-beda ketika seseorang melakukan tindak tutur dalam interaksinya.