Minggu, 16 Januari 2022

Muka dalam Perspektif Pragmatik

 

Ramdan Sukmawan, Sastra Inggris Universitas Muhammadiyah Sukabumi

Pragmatik adalah cabang ilmu linguistik yang mengkaji penggunaan bahasa dalam komunikasi yang memperhatikan makna yang dikomunikasikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh lawan tuturnya. Aspek pragmatik yang ada salah satunya adalah konsep muka. Konsep muka ini jelas sekali berhubungan dengan proses komunikasi dalam menjaga sebuah kesan yang baik karena dalam kegiatan interaksi sosial manusia membutuhkan muka untuk menjaga citra dirinya (Guan dan Lee, 2017). Muka merupakan aspek penting dalam proses interaksi manusia. Muka dipertimbangkan sebagai sesuatu yang bernilai, muka yang ditawarkan dan diperlihatkan seseorang dalam berkomunikasi dengan lawan bicaranya akan sangat memengaruhi citra dirinya apakah seseorang itu memberikan atau menawarkan muka negatif atau muka positif. Hal ini akan terlihat dari representasi muka yang berbeda-beda ketika seseorang melakukan tindak tutur dalam interaksinya.

Suganda (2007:250) mengatakan bahwa konsep muka merupakan bagian dari prinsip kesantunan yang menawarkan wujud yang berbeda-beda sesuai dengan situasi pembicaraan. Pada suatu saat muka dapat berupa guru, teman dekat, musuh, atau peran-peran lain yang sering dijumpai dalam kehidupan. Peserta percakapan harus memahami dan menafsirkan kata-kata yang diucapkan oleh lawan tutur sesuai dengan muka yang ditawarkan. Konsep mengenai muka ini penting dalam hal yang berhubungan dengan kesantunan berbahasa (Brown dan Levinson, 1987). Goffman (1967) mendeskripsikan konsep muka sebagai sebuah nilai sosial yang diinginkan dalam kontak percakapan yang berkenaan dengan kesantunan bahasa. Sifianou (2012) menyebutkan bahwa kesantunan dikonseptualisasikan sebagai alat untuk menghindari konflik yang berkenaan dengan muka peserta tutur dalam sebuah interaksi percakapan. Pada dasarnya semua tindak tutur yang dianggap tidak santun dapat mengancam muka penutur dan lawan tutur (Gil, 2012). Praktik-praktik pertuturan dalam menyelamatkan muka berkenaan dengan kesantunan dan praktik-praktik peserta pertuturan dalam pengancaman muka berkenaan dengan ketidaksantunan dalam sebuah interaksi komunikasi (Chang dan Haugh, 2011).

Referensi

Brown, Penelope dan Stephen C. Levinson. 1987. Politeness: Some universals in Language usage. Cambridge: Cambridge University Press.

Chang, Wei-Lin Melody and Michael Haugh. 2011. Strategic Embarrassment and Face Threatening in Business Interaction. Journal of Pragmatics. Vol. 43. 2948-2963. http://doi:10.1016/j.pragma.2011.05.009

Gil, Jose Maria. 2012. Face-Threatening Speech Acts and Face-Invading Speech Acts: An Interpretation of Politeness Phenomena. International Journal of Linguistics. Vol. 4, No. 2, 400-411. http://dx.doi.org/10.5296/ijl.v4i2.1858

Goffman, Erving. 1967. Interaction Ritual: Essay on Face to Face Behavior. New York: Pantheon Book.

Guan, Xiaowen and Hye Eun Lee. 2017. Fight and flight: A multilevel analysis of facework strategies in intercultural face-threatening acts. International Journal of Intercultural Relations. Vol. 58, 69-81. http://dx.doi.org/10.1016/j.ijintrel.2017.04.008

Sifianou, Maria. 2012. Disagreement, face and politeness. Journal of Pragmatics. Vol. 44. 1554 – 1564. http://dx.doi.org/10.1016/j.pragma.2012.03.009

Suganda, Dadang. 2007. Pemanfaatan Konsep “Muka” (Face) dalam Wacana Wayang Golek: Analisis Pragmatik. Humaniora. Vol. 19, No. 3, 248 – 260.




miftah nugroho pada 20 Maret 2021 pukul 9:23 pm berkata:
semestinya konsep muka dikemukakn dahulu dari Goffman Pak. Alasannya konsep muka BL itu terinspirasi dari Goffman. Lalu juga perlu dikemukakan muka dari kesantunan Asia, dari Gu kalau tidak salah. Spenser Oatey pun juga mengemukakan perihal muka
Balas ↓
Ramdan Sukmawanpada 22 Maret 2021 pukul 8:48 am berkata:
Terima kasih atas masukan dan sarannya Pak. Saya akan lihat seperti apa yang bapak sarankan perihal konsep muka dari teorinya Goffman dan muka dalam kesantunan Asia dari Gu dan Oatey.
Balas ↓

Analisis Meta-Pragmatik atas Beberapa Warisan Verbal Tradisi Lisan Penutur Bahasa Jawa



Tuturan atau teks verbal yang ada di masyarakat bahasa, bisa diproduksi atau diekspresikan (encoded) oleh seorang penutur kepada seorang petutur, yang kita bisa sebut sebagai idio-teks atau teks personal, yang memiliki makna personal, dan jika diinteraksikan, akan terjadi makna interpersonal. Bisa juga tuturan atau teks verbal tertentu diproduksi atau diekspresikan oleh sekelompok penutur atau komunitas tertentu kepada khalayak ramai sebagai komunitas petutur secara luas, yang kita bisa sebut sebagai ideo-teks atau atau teks komunal, yang memiliki makna ideologis, dan jika diinteraksikan akan berkembang luas dan dipercaya masyarakat penutur sebagai ideologi komunitas atau kelompok: komunitas politik, komunitas dagang, komunitas olah raga, komunitas minat atau hobi, dan lain-lain. Ideologi komunitas yang sangat berkembang luas dan berpengaruh kepada masyarakat penutur, meski pun ideologi tersebut salah, atau sengaja dibuat salah untuk maksud atau intensi tertentu, inilah yang disebut dengan istilah mitos. Kita memang tidak sadar hidup dengan mitos yang ada di sekitar kita. Tuturan atau teks verbal yang ada di masyarakat luas, yang diproduksi atau diekspresikan secara terus menerus, turun temurun, secara tradisional (dari generasi ke generasi) inilah yang mungkin kita sebut sebagai tradisi lisan.

KOMPILASI VIDEO Pragmatics Discussion Series # 1 -#10

 KOMPILASI VIDEO Pragmatics Discussion Series # 1 -#10

1. Pragmatics Discussion Series # 1

pragmatik: dunia linguistik tak selebar daun kelor: https://www.youtube.com/watch?v=fFgVIbkj_MY&t=2671s

2. Pragmatics Discussion Series 2#

Perkembangan Teoris Ke(tidak) sopanan

https://www.youtube.com/watch?v=XEuO74_1VyQ

3. Pragmatics Discussion Series # 3

“Register dan Kesantunan dalam Industri Pariwisata”:

https://www.youtube.com/watch?v=m3bQYX7d6Vs

4. Pragmatics Discussion Series # 4

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN KONVENSIONAL: TEORI RELEVANSI

 Ita Fitriana


Program Doktor (S-3) Ilmu Linguistik Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana

ita.fitriana@unsoed.ac.id

Abstract

The study entitled “Analysis of Conversation Implicature and Conventional Implicature is a discourse analysis dialog. In daily conversation, people used to implicatures. The discourse of daily implicatures contains special messages or implied meanings contained. This happens because in each other often happen a miss communication. In other words, lack of awareness of implicatures contained in daily life. The problem studied in this research is how the picture implicatures discourse of daily conversation. In answer to the problem of this research using a descriptive method that describes and reveals facts. The finding of this study in particular can be used as a means for the public understanding of the language daily conversation containing implicatures.

Keywords: conversation, implicatures, conventional. 

the full-text article : IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN KONVENSIONAL: TEORI RELEVANSI

Acting the Intangible: Hints of Politeness in Non-Verbal Form

 Authors:  Jumanto Jumanto ,Sarif Rizal , Raden Nugroho    

Abstract

This review paper has explored politeness in non-verbal form to come to
hints for indicating the ideology. Politeness in non-verbal form is
researched by reviewing verbal politeness theories through interpretive
techniques, and then the data in form of interpreted hints based on the
reviews are analyzed by employing a coding technique. The six non-verbal
hints of politeness found out based on the theoretical reviews are
silence for politeness, gestures for politeness, gifts for politeness,
observance of norms, rules, and regulations for politeness, adjusted
behavior for politeness, and performance for politeness. The hints
expectedly provide a sufficient account for non-verbal politeness in
interactions or communication between a speaker and a hearer. The
findings also encourage promoting harmony among speakers of languages in
non-verbal interactions or communication, especially in formal
situations or in the general public. The hints are hopefully also worth
considering in the context of English language teaching and learning
across languages and cultures in the world.

Source: http://www.ccsenet.org/journal/index.php/elt/article/view/71144

On Speech Acts by I Dewa Putu Wijana

 ON SPEECH ACTS



I Dewa Putu Wijana

Universitas Gadjah Mada

Abstract

This paper is intended to give insights to the readers about the development of speech act theories which include categories, characteristics, validities, and strategies. The research begins with the classification of speech acts done by some experts and continues with the description of characteristics and validities carried out especially by Austin and Searle, and ends with speech act strategies developed by Parker and Riley, using examples taken from Indonesian, Javanese, Balinese, and English, four languages that the writer masters relatively well. Most Indonesian, Balinese, and Javanese data together with their context are created intuitively as a native or nearly-native speaker while some English utterances are created and the others extracted from pragmatic textbooks used as references in this study. Research findings show that there are various types of speech acts, and each speech act has its own validity conditions. Among them, illocutionary acts constitute the focal point of pragmatics’ studies. The description shows that every expert of pragmatics uses different categories in classifying illocutionary acts, and the kinds of strategies used to express them.

Pragmatics is a Matter of Probabilities in Language Use




Jumanto Jumanto PhD in Linguistics (Pragmatics), Universitas Indonesia, 2006. Dosen Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Linguistics is deterministic within more of etic perspectives. Pragmatics is probabilistic within more of emic perspectives, researching how politeness happens (harmony/FSA-FTA management); how impoliteness happens (disharmony/face-threat/agression); or how im/politeness does not happen, as meaning interaction is sociopragmatically allowable or strategic or politic (interaction-based face-threat). Language use is indeed a matter of probabilities (Jumanto, 2014; 2017; Leech, 1983). In most recent development of pragmatics, the so-called emic perspectives may be elaborated into the so-called emic-concepts and emic practices (Haugh, 2011).

Salam Pragmatik!